Waspada Terorisme: Polda Sulsel Gelar FGD Libatkan Eks-Napiter

POLRI229 Dilihat


Laporan : Musyafir

Editor : Masykur Thahir


MAKASSAR, SUARAPALAPA.ID – Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Terorisme Musuh Kita Bersama” sebagai upaya memperkuat kontra radikalisasi dan meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman terorisme.

Acara ini berlangsung di Polrestabes Makassar pada Senin (26/5), dihadiri berbagai elemen masyarakat mulai dari tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, hingga mahasiswa.

Kegiatan dibuka resmi oleh Kabag Penum Biro Penmas Divhumas Polri, Kombes Pol. Erdi A. Chaniago, S.I.K., S.H., M.Si. Ia didampingi Kapolrestabes Makassar, Kombes Pol. Arya Perdana, S.H., S.I.K., M.Si., dan Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol. Didik Supranoto, S.I.K., M.H.

Dalam sambutannya, Kombes Pol. Erdi A. Chaniago menegaskan bahwa terorisme, radikalisasi, dan paham ekstremis merupakan ancaman nyata bagi seluruh elemen bangsa.

“Keberadaan kelompok-kelompok teror yang menyebarkan ideologi kekerasan dapat merusak fondasi dasar kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa perlawanan terhadap terorisme bukan hanya tugas aparat keamanan, melainkan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat.

“Dengan semangat kebersamaan, kita harus yakin bahwa kita bisa mengatasi tantangan ini. Terorisme bukan hanya musuh Polri, melainkan musuh kita bersama,” tambahnya.

FGD ini menjadi ruang dialog terbuka antara kepolisian dan masyarakat untuk membahas ciri-ciri radikalisasi yang mulai tumbuh di lingkungan sekitar. Peserta diajak mengenali tanda-tanda awal serta cara pencegahan penyebaran paham ekstremisme, baik di lingkungan keluarga, tempat kerja, maupun media sosial.

Kegiatan ini juga menekankan pentingnya kembali pada nilai-nilai luhur Pancasila sebagai dasar pemersatu bangsa. Kombes Pol. Erdi menyampaikan, jika seluruh masyarakat memegang teguh nilai-nilai Pancasila, maka paham radikal dan kekerasan tidak akan mendapat tempat di Indonesia.

“Semoga kegiatan ini tidak hanya menjadi seremonial, tetapi juga memberikan kontribusi nyata dalam mencegah radikalisasi dan terorisme,” pungkasnya.

FGD ini turut menghadirkan narasumber khusus, Ustadz Muchtar Daeng Lau, seorang mantan narapidana terorisme (napiter) yang kini aktif berdakwah sebagai bentuk pengabdian kepada negara.

Dalam pemaparannya, Ustadz Muchtar mengingatkan pentingnya verifikasi informasi, khususnya yang tersebar di media sosial, agar tidak terjebak dalam penyebaran hoaks atau paham yang menyesatkan.

“Saring sebelum sharing. Karena tanpa disadari, menyebarkan informasi tanpa sumber yang jelas itu bisa menambah dosa,” ujarnya.

Ia mencontohkan penyebaran konten keagamaan yang keliru kerap terjadi di grup-grup media sosial tanpa ada kejelasan sumbernya.

“Hadis-hadis yang belum tentu sahih beredar bebas. Kalau dulu prestasi hanya dikenal di lingkungan sekitar, sekarang cukup unggah ke media sosial dan yang dicari hanya like, share, dan komen,” tambahnya.

Kegiatan FGD ini dilaksanakan dengan harapan sinergi antara masyarakat dan aparat penegak hukum terus terjaga demi menciptakan Indonesia yang aman, damai, dan sejahtera.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *