Dari Syukuran ke Kewilayahan: Menguji Janji Profesionalisme Perwira Baru Polri

POLRI222 Dilihat

Keterangan Gambar :

Karo SDM Polda Sulsel Kombes Pol Aris Haryanto, SIK, M.Si menyampaikan sambutan dalam kegiatan syukuran ulang tahun personel Biro SDM periode Desember 2025 yang dirangkaikan dengan pengantar tugas lulusan SIP Angkatan 54.2 Polda Sulsel di Sasana Beladiri Appatuju Polda Sulsel.


Laporan : Sabri


Di banyak institusi negara, seremoni sering menjadi penanda akhir sebuah proses. Di Polri, ia seharusnya menjadi penanda awal tanggung jawab. Syukuran ulang tahun personel Biro SDM Polda Sulawesi Selatan yang dirangkaikan dengan pengantar tugas lulusan Sekolah Inspektur Polisi (SIP) Angkatan 54.2, Rabu pagi 17 Desember 2025, memperlihatkan persimpangan itu secara nyata: antara keberhasilan pendidikan dan ujian pengabdian.

Acara di Sasana Beladiri Appatuju Polda Sulsel berlangsung tertib dan penuh simbol. Namun makna sesungguhnya justru berada di luar panggung: bagaimana janji profesionalisme yang ditanamkan dalam pendidikan perwira diuji saat mereka memasuki kewilayahan, ruang paling kompleks dalam kerja kepolisian.

Pembinaan SDM dan Beban Harapan Publik

Sebagai unit yang bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya manusia, Biro SDM tidak sekadar mengurus administrasi personel. Ia memikul mandat strategis: memastikan bahwa setiap perwira yang dilahirkan mampu menjawab tuntutan zaman—profesional, bermoral, dan adaptif di tengah perubahan sosial.

Pesan yang disampaikan Karo SDM Polda Sulsel, Kombes Pol Aris Haryanto, menegaskan garis besar itu. Ia mengingatkan para lulusan SIP 54.2 bahwa tugas di kewilayahan bukan sekadar kelanjutan karier, melainkan ujian integritas dan kepemimpinan. Pernyataan ini, meski normatif, mencerminkan kesadaran institusional bahwa tantangan Polri hari ini tidak lagi semata teknis, melainkan relasional: kepercayaan publik.

Dari Kurikulum ke Realitas Lapangan

Pendidikan SIP dirancang untuk membentuk perwira pertama yang memiliki kapasitas manajerial dan kepemimpinan. Namun jarak antara kurikulum dan realitas lapangan sering kali tidak kecil. Di kewilayahan, perwira berhadapan dengan konflik sosial, ekspektasi masyarakat, keterbatasan sumber daya, hingga tekanan institusional yang kompleks.

Di titik inilah pembinaan SDM diuji. Apakah nilai profesionalisme berhenti sebagai jargon pendidikan, atau benar-benar hidup dalam praktik kerja sehari-hari. Regenerasi perwira tidak cukup diukur dari jumlah lulusan, tetapi dari konsistensi sikap dan keputusan mereka ketika menghadapi persoalan nyata.

Simbol Syukur dan Tanggung Jawab Institusi

Prosesi pemotongan tumpeng dan penyerahan bantuan alat kebersihan oleh alumni SIP 54.2 menjadi simbol kepedulian dan kebersamaan. Namun simbol hanya bermakna sejauh ia diterjemahkan menjadi tindakan berkelanjutan. Dalam konteks kebijakan SDM, simbol tersebut menegaskan satu hal: bahwa pembinaan karakter tidak boleh berhenti di ruang kelas atau forum seremoni.

Ketua Angkatan SIP 54.2 Polda Sulsel, Ipda Idham, menyampaikan komitmen untuk menjalankan arahan pimpinan dengan sepenuh hati. Pernyataan itu penting, tetapi akan menemukan relevansinya justru ketika para perwira muda tersebut mulai mengambil keputusan—sering kali dalam situasi abu-abu, jauh dari sorotan kamera.

Profesionalisme sebagai Proses, Bukan Status

Syukuran berakhir dengan hiburan musik. Namun bagi institusi, fase berikutnya justru dimulai. Profesionalisme bukan status yang otomatis melekat pada pangkat atau ijazah, melainkan proses panjang yang ditentukan oleh sistem pembinaan, teladan pimpinan, dan keberanian individu untuk menjaga etika di tengah tekanan.

Dalam konteks itu, pengantar tugas lulusan SIP 54.2 bukan sekadar agenda rutin akhir tahun. Ia adalah pengingat bahwa kebijakan SDM Polri hanya akan bermakna jika mampu menjembatani pendidikan dan praktik, serta menutup jarak antara janji profesionalisme dan pengalaman masyarakat di lapangan.

Seremoni boleh selesai di aula. Namun penilaian publik dimulai ketika para perwira baru itu benar-benar bekerja—di kewilayahan, di tengah dinamika sosial, dan di bawah harapan besar terhadap wajah Polri yang semakin profesional. (Sumber rilis : Humas Polda Sulsel)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *