Di Dermaga Waktu Paotere: Pelajar SMA 25 Menyelam ke Ingatan Laut Tua dan Disiplin Masa Depan

POLRI308 Dilihat

Keterangan Gambar

​Foto bersama siswa-siswi SMAN 25 Makassar dengan Kepala Sekolah (tengah, berbaju batik), Kapolsek Kawasan Paotere, IPDA Ibnu Chaerul R. S.H. (berbaju seragam Polri), dan perwakilan PT Pelindo (berbaju biru gelap, berpeci) di area Rumah Adat Pelabuhan Paotere, Kota Makassar, pada Kamis (11/12/2025). Ekspresi ceria dan antusiasme terpancar dari wajah para peserta edukasi.


Laporan : Musafir

Editor : Masykur Thahir


MAKASSAR — Siang itu, angin dari Selat Makassar membawa aroma garam, solar, dan kisah-kisah lama dari kapal-kapal yang tak pernah benar-benar diam. Di bawah langit yang memudar keemasan, 66 pelajar SMA Negeri 25 Makassar memasuki kawasan Rumah Adat Pelabuhan Paotere—ruang tua yang menyimpan ratusan tahun denyut perdagangan dan pergerakan manusia.

Mereka datang bukan sekadar untuk memenuhi jadwal pelajaran sejarah dan geografi. Mereka datang untuk menyimak hidup: suara nelayan yang mengalun, papan kapal yang berderit, hingga pengingat tentang kedisiplinan dan risiko yang menanti di jalanan kota.

Di Paotere, waktu selalu terasa lebih pelan. Namun justru di keheningan itulah para pelajar belajar tentang masa depan.


Pelabuhan yang Menghafal Abad

Kepala Sekolah, Munawar Ahmad, S.Pd., M.Pd., memulai sesi dengan membawa siswa menelusuri sejarah Paotere—pelabuhan rakyat yang berdiri jauh sebelum Makassar bertumbuh sebagai kota metropolitan.
Ia berbicara tentang kapal phinisi yang lahir dari tangan-tangan pelaut Bugis, jalur dagang beras dan rempah, serta bagaimana pelabuhan ini pernah menjadi gerbang ke pulau-pulau jauh di timur.

Di dekatnya, Kepala Unit PT Pelindo Paotere, Fauzi, menambahkan lapis lain dari cerita laut: tentang logistik yang hilir mudik, tentang distribusi barang menuju Pangkep hingga pelosok Nusantara Timur, dan tentang bagaimana geografi pelayaran menentukan arah peradaban.

Mereka menjelaskan bahwa pelabuhan bukan sekadar tempat kapal singgah—melainkan peta besar yang menghubungkan hidup manusia dari satu pesisir ke pesisir lain.


Ketika Polisi Bicara tentang Masa Depan

Pada sesi berikutnya, suasana menjadi lebih serius. Kapolsek Kawasan Paotere, Ipda Ibnu Chaerul R. SH, berdiri di depan para pelajar. Tidak ada nada menggurui, hanya penegasan yang lahir dari pengalaman melihat terlalu banyak masa muda meluncur terlalu cepat di jalanan.

Ia menyebut bahwa sebagian siswa belum memenuhi syarat mengendarai motor, dan bahwa jalan raya bukan arena keberanian, melainkan ruang di mana salah langkah bisa mengubah hidup.

“Kecepatan itu memabukkan,” ujarnya, “tapi kehilangan tidak pernah bisa ditebus.”

Ia menyinggung rokok, narkoba, hingga tawuran—bahaya-bahaya yang sering bersembunyi di balik tawa remaja. Pesan itu mengalir tenang, seperti ombak Paotere yang memukul dinding pelabuhan: pelan tapi berulang, mengingatkan.


Dermaga sebagai Ruang Belajar yang Sebenarnya

Pada pukul 15.00 Wita, rombongan bergerak ke dermaga.
Di sana, nelayan sibuk menurunkan keranjang ikan; tali-temali kapal menegang; anak-anak buruh memanggul karung-karung kecil. Siswa mencatat, bertanya, dan sebagian diam—menyerap ritme kehidupan yang mungkin tak pernah mereka lihat dari dekat.

Inilah pelajaran geografi yang tak tertulis di buku teks. Bahwa laut adalah pasar, rumah, dan jalan raya bagi banyak keluarga. Bahwa distribusi barang bukan sekadar angka—melainkan kerja keras yang tersusun dari peluh manusia.


Menutup Hari, Membuka Kesadaran

Menjelang sore, permainan edukatif dan kuis membuat suasana kembali ringan. Tetapi kesan yang tertinggal bukanlah keriuhan itu, melainkan apa yang mereka lihat, dengar, dan rasakan sejak siang.

Pukul 16.50 Wita, rombongan meninggalkan Paotere.
Pelabuhan kembali pada aktivitasnya: para pelaut menyiapkan perjalanan, anak-anak berlarian di tepi air, dan langit memerah seperti tirai yang menutup babak hari.

Di balik semua itu, kegiatan berjalan aman di bawah pengamanan Kapolsek Paotere dan jajaran. Namun sesungguhnya, keamanan terbesar hari itu adalah kesadaran baru yang pulang bersama para pelajar—tentang laut, tentang kota, tentang masa depan, dan tentang disiplin yang harus mereka bawa saat kembali ke kehidupan sehari-hari. (Sumber: Polsek Kawasan Paotere)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *