Keterangan Gambar:
Sejumlah pegawai Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pompengang Jenneberang Dirjen PSDA Kementerian PU di Makassar menikmati kebersamaan setelah mengikuti Upacara Hari Bakti PU ke-79. Duduk melingkar sambil menyantap hidangan sederhana, mereka memancarkan kehangatan dan semangat kekeluargaan—cermin dari persaudaraan yang tumbuh di tengah pengabdian membangun infrastruktur untuk masyarakat.
MAKASSAR – Pagi itu, Makassar masih berbalut kesejukan saat ratusan insan Pekerjaan Umum dari berbagai unit organisasi mulai berdatangan ke lapangan serbaguna Kalanea BBWS Pompengan Jeneberang. Di bawah rindang pepohonan dan cahaya matahari yang jatuh pelan di antara bangunan gedung, mereka berkumpul bukan hanya untuk menghadiri upacara—melainkan merayakan 79 tahun pengabdian yang telah mengalir dalam setiap jalan raya, jembatan, saluran air, dan bangunan yang menjadi denyut kehidupan masyarakat Indonesia.
Hari Bakti PU bukan sekadar mengenang, tetapi memastikan bahwa semangat membangun negeri terus diwariskan lintas generasi.
“Setiap tahun, hari ini selalu membawa kita pulang kepada akar pengabdian,” ujar seorang pegawai muda yang bersiap mengikuti upacara. “Rasanya seperti membaca ulang sejarah, tapi juga menulis bab baru untuk masa depan.”
Lintas Unor, Satu Semangat
Upacara lintas unit organisasi (Unor) ini menjadi ruang pertemuan bagi mereka yang sehari-hari bekerja dalam ritme yang berbeda, namun memiliki tujuan yang sama—membangun dan menjaga infrastruktur untuk rakyat. Dari pejabat pimpinan tinggi hingga pegawai pelaksana, semua berdiri sejajar dalam barisan.
Sebagai pembina upacara, Kepala BBWS Pompengan Jeneberang Suryadarma Hasyim membacakan amanat Menteri PUPR dengan penekanan pada Asta Cita Presiden dan tema besar “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas.”
Dalam amanat itu ditegaskan bahwa pembangunan bukan hanya agenda fisik, tetapi juga kerja kemanusiaan.
“Pekerjaan kita adalah memastikan Indonesia tidak hanya berdiri, tetapi maju bersama,” ungkap Suryadarma dalam satu bagian amanat yang ia bacakan dengan tegas.
Di antara para peserta upacara tampak wajah-wajah yang telah puluhan tahun mengabdikan diri di bidang pekerjaan umum—para “prajurit infrastruktur” yang setia berjuang dalam senyap.
“Kalau infrastruktur diibaratkan nadi, maka kami ini petugas yang memastikan darah itu terus mengalir,” ujar seorang pegawai senior sambil tersenyum.
Doa yang Menyambungkan Harapan
Salah satu momen paling hening adalah ketika doa bersama dipanjatkan. Dari Bapekom PU Wilayah VIII Makassar, Kasubbag Umum dan Tata Usaha Aden Baihaqi diberi amanah sebagai pembaca doa.
Suasana seketika melembut, dan seluruh peserta menundukkan kepala.
Dalam doanya, ia menyampaikan harapan yang sederhana namun bermakna:
“Semoga setiap peluh yang tertumpah, setiap langkah di lapangan, dan setiap rencana pembangunan yang disusun menjadi amal pengabdian yang membawa manfaat luas bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Setelah upacara, Aden mengungkapkan perasaannya.
“Setiap kali membaca doa dalam momen seperti ini, saya selalu teringat bagaimana peran PU melekat di kehidupan masyarakat,” ujarnya. “Mulai dari air bersih, irigasi, jalan desa, sampai bendungan—semua itu adalah denyut harian masyarakat yang harus terus kita jaga.”
Lebih dari Sekadar Seremoni
Di balik upacara formal, terdapat suasana kekeluargaan yang merekatkan insan PU. Setelah kegiatan, pegawai dari berbagai unit duduk bersama di sudut-sudut pelataran, berbagi cerita sambil menikmati sajian sederhana.
Percakapan mengalir mulai dari proyek lapangan, kenangan masa tugas, hingga cita-cita pembangunan ke depan.
“Saya selalu suka suasana Hari Bakti. Kita jarang berkumpul seperti ini,” kata salah satu pegawai perempuan dengan tawa ringan. “Biasanya semua sibuk di lapangan atau di kantor masing-masing. Hari ini, kita seperti satu rumah besar.”
Di meja lain, seorang pegawai muda berbagi pandangannya.
“Bagi kami yang masih baru, Hari Bakti ini semacam kompas. Ia mengingatkan bahwa pekerjaan kami lebih besar daripada gaji atau jam kerja. Ini tentang warisan peradaban.”
Warisan 79 Tahun dan Langkah Menuju Indonesia Emas
Perjalanan 79 tahun Pekerjaan Umum adalah perjalanan panjang menghadirkan pelayanan melalui infrastruktur. Mulai dari membangun jembatan di desa terpencil, mengalirkan air ke sawah-sawah, hingga menjaga sungai dan bendungan dari ancaman bencana.
Tidak semua orang mengetahui siapa yang bekerja di balik itu semua. Namun di sinilah letak kekuatan insan PU: bekerja dalam diam, tetapi hasilnya bisa dirasakan oleh jutaan orang.
“Kita tidak meminta nama dikenal,” ujar seorang pengawas lapangan. “Yang penting jembatannya kokoh, jalannya mulus, dan masyarakat bisa hidup lebih layak. Itu saja cukup.”
Keluarga Besar Bapekom PU Wilayah VIII Makassar menutup rangkaian kegiatan dengan pesan penuh cinta untuk profesi ini:
“Selamat Hari Bakti PU ke-79. Bakti PU membangun untuk rakyat.” (*/Masykur Thahir)












