Menjaga Cahaya dari Timur: Sat Binmas Polres Soppeng dan Ikhtiar Menuntun Generasi Muda MTs DDI Pattojo

POLRI92 Dilihat

keterangan Gambar:

Personel Sat Binmas Polres Soppeng menyampaikan materi penyuluhan kamtibmas kepada siswa-siswi MTs DDI Pattojo, Kecamatan Liliriaja. Kegiatan berlangsung dalam suasana edukatif dan penuh kehangatan, sebagai upaya membentengi pelajar dari pengaruh negatif sekaligus mempererat hubungan Polri dengan generasi muda.


Reporter: Syukur

Editor: Alimuddin


Di Ruang Kelas Sederhana, Sebuah Perjalanan Sunyi Membangun Karakter Dimulai


SOPPENG, SULSEL — Pada suatu pagi yang perlahan tumbuh, ketika embun masih menggantung di ujung daun dan angin lembut menyusuri perbukitan Liliriaja, sekelompok pelajar berkumpul di sebuah ruang kelas beratap sederhana. Mereka duduk rapi, sebagian mengenakan kopiah putih, sebagian mengenakan kerudung bersih yang memantulkan cahaya matahari yang baru terbit.

Di ruangan itu, suasana seolah berhenti. Waktu melambat, memberikan ruang bagi keheningan yang mengandung harapan. Sebentar lagi, mereka akan menerima sesuatu yang tidak kasat mata—pengetahuan, nilai, dan arah. Dan di sinilah Sat Binmas Polres Soppeng hadir, tidak hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi sebagai penuntun perjalanan panjang generasi muda.


MEMBACA WAJAH MASA DEPAN: Kehadiran yang Menguatkan

MTs DDI Pattojo, di Desa Rompegading, menjadi salah satu titik singgah edukasi Sat Binmas pada Rabu, 26 November 2025. Dipimpin Kasat Binmas IPTU Andri Hermansyah, S.Sos., M.Si., jajaran kepolisian hadir dalam misi yang lebih mendalam: memastikan bahwa masa depan wilayah ini tumbuh dari karakter yang kuat dan nilai yang benar.

Sebagaimana pepatah Bugis, “Aja’ mu abbicarai mabelae, tania mu sipakatau,” kegiatan ini bukan sekadar menyampaikan materi, melainkan sebuah perjumpaan dalam nilai kemanusiaan: saling mengingatkan, saling mengangkat martabat, saling menjaga agar tidak jatuh pada yang buruk.


Luka yang Tersembunyi: Menyelami Bahaya Bullying

“Bullying itu tidak selalu terlihat,” ujar salah satu pemateri dengan suara lembut namun bergetar makna.

Beberapa siswa menunduk. Ada yang mengangguk pelan. Ada pula yang tatapannya jauh, seakan mengingat sesuatu yang pernah dirasakan atau dilakukan.

Sat Binmas tidak hanya menjelaskan definisi. Mereka mengurai lebih dalam: tentang bagaimana kata-kata dapat melukai lebih dalam daripada luka fisik. Tentang bagaimana ejekan kecil dapat meninggalkan bayangan yang tak mudah hilang. Tentang bagaimana sekolah harus menjadi tempat yang menyembuhkan, bukan melukai.

Di titik ini, penyuluhan berubah menjadi ruang refleksi. Para siswa tak sekadar mendengar; mereka merenung.


Remaja dan Jalan-Jalan yang Bercabang: Kenakalan sebagai Persimpangan Hidup

Remaja adalah masa di mana arah mudah berubah. Satu keputusan kecil dapat menggiring seseorang pada jalan panjang yang menentukan masa depan.

Sat Binmas memaparkan potensi kenakalan remaja: dari pergaulan yang keliru hingga tindakan impulsif yang berujung pada penyesalan. Namun penyampaiannya tidak menghakimi. Justru sebaliknya—mereka memberi peta, memberi kompas, memberi cahaya agar setiap pelajar dapat memilih jalan yang tepat ketika persimpangan itu tiba.

“Tidak ada manusia lahir untuk menjadi nakal,” ujar sang pemateri. “Tetapi setiap manusia bisa tersesat jika tidak didampingi.”

Dan pendampingan itulah yang mereka hadirkan.


Di Era Tanpa Batas: Bijak Bermedia Sosial

Di dunia maya, semua orang bisa bersuara. Namun tidak semua yang bersuara membawa kebaikan.

Para siswa diajak memahami bahwa internet bukan hanya ruang hiburan, tetapi ruang yang menyimpan risiko: jejak digital yang abadi, informasi palsu, hingga manipulasi emosi. Di era digital, literasi bukan lagi pilihan; ia adalah identitas.

“Setiap kali kalian mengetik sesuatu,” kata pemateri lain, “itulah cerminan siapa kalian di mata dunia.”

Para siswa mendengarkan dengan mata yang lebih terbuka. Sosial media yang selama ini mereka anggap hal yang biasa, kini tampak sebagai ruang yang harus dijaga.


Melawan Hingar Bingar: Hoaks dan Kabut Informasi

Dalam masyarakat modern, informasi datang dari semua arah—cepat, liar, dan tanpa jeda. Hoaks menjadi seperti kabut: menyesatkan dan mengaburkan kebenaran.

Sat Binmas mengajari para pelajar untuk berhenti sejenak sebelum percaya, berpikir sebelum membagikan. Bahwa sikap kritis bukan hanya tanda kecerdasan, tetapi kewajiban moral di tengah masyarakat yang mudah terpecah oleh kabar yang tak berdasar.


Merawat Mimpi: Mengenal Jalan Pengabdian sebagai Anggota Polrii

Di bagian akhir, penyuluhan memberikan ruang bagi mimpi. Sosialisasi penerimaan anggota Polri bukan hanya informasi, tetapi sebuah undangan: bahwa siapa pun, dari ruang kelas mana pun, dapat menjadi bagian dari penjaga negara jika menempa diri dengan disiplin dan kejujuran.

Beberapa siswa tampak berseri-seri. Mungkin, di antara mereka tersimpan bibit calon polisi yang kelak berdiri di garda terdepan menjaga tanah kelahirannya.


Cooling System: Upaya Menjaga Harmoni di Tengah Perubahan

Kegiatan ini merupakan bagian dari cooling system—ikhtiar untuk mencegah gesekan sosial, menjaga kedamaian, dan memperkuat hubungan antara Polri dan masyarakat.

Cooling system bukan hanya program; ia adalah jembatan. Di atas jembatan itu, polisi dan pelajar berjalan berdampingan, memahami satu sama lain sebagai sesama warga bangsa, bukan dua pihak yang berjarak.


Sebuah Apresiasi, Sebuah Janji

Kapolres Soppeng, AKBP Aditya Pradana, S.I.K., M.I.K., mengirimkan apresiasi yang mengalir seperti peneguh semangat.

“Pembinaan ini sangat penting untuk membentuk karakter positif para pelajar. Polres Soppeng berkomitmen terus hadir memberikan edukasi dan pendampingan, agar generasi muda kita terhindar dari pengaruh negatif dan siap menjadi penerus bangsa yang bertanggung jawab,” ujarnya.

Kata-kata itu bukan hanya pernyataan resmi. Ia terdengar seperti janji: bahwa Polres Soppeng akan terus menjaga, mengayomi, dan membimbing.


Menjaga yang Muda Adalah Menjaga Masa Depan

Ketika penyuluhan selesai, para siswa bangkit perlahan. Mereka tampak membawa sesuatu yang tak terlihat, namun dapat dirasakan: pemahaman baru, kesadaran baru, dan keyakinan bahwa masa depan dapat dibangun dengan disiplin dan moral yang kuat.

Di ruang kelas yang sederhana itu, Sat Binmas Polres Soppeng tak hanya memberi penyuluhan. Mereka menyalakan cahaya. Dan cahaya itu, meski kecil, akan tetap hidup selama hati para pelajar masih ingin belajar, tumbuh, dan menjadi baik. (Sumber: (Humas Polres Soppeng)


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *