Di Bawah Langit Soppeng, Guru Merayakan Bakti: Peringatan HGN dan HUT ke-80 PGRI 2025

PENDIDIKAN34 Dilihat

Keterangan Gambar:

  1. Logo resmi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) menampilkan obor sebagai simbol pencerahan ilmu, dikelilingi warna merah-putih sebagai cerminan semangat kebangsaan.

2. Logo peringatan HUT PGRI ke-80 dan HGN 2024 dominan merah, menggambarkan semangat, dedikasi, dan keberanian para guru yang terus menyalakan api pendidikan nasional.


Penulis: Ahmad Syukur

Sebuah Momentum untuk Meneguhkan Dedikasi, Menguatkan Pendidikan, dan Merayakan Sejarah Panjang Perjuangan Guru Indonesia


Ketika Pagi Menyapa Para Pendidik

SOPPENG, SULSEL — Pada pagi yang akan hadir tanggal 1 Desember 2025, Lapangan Kantor Bupati Soppeng bersiap menerima jejak langkah para pendidik. Di bawah langit yang perlahan memudar dari jingga menjadi biru, ratusan guru dari berbagai penjuru Kecamatan dan Kelurahan datang membawa satu napas: merayakan profesi yang tak pernah lelah menyalakan cahaya.

Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun ke-80 PGRI bukan sekadar upacara—ia adalah refleksi, perayaan hidup, dan penghormatan bagi mereka yang mengubah masa depan bangsa melalui pengetahuan.


Mengusung Semangat Nasional: “Guru Hebat, Indonesia Kuat”

Tahun 2025 mengusung tema “Guru Hebat, Indonesia Kuat.” Tema yang sederhana namun menegaskan kebenaran mendasar: masa depan negara selalu berada di tangan mereka yang memberi arti pada huruf pertama yang ditulis murid-murid bangsa.

Dalam tema itulah Pemerintah Daerah Kabupaten Soppeng menggelar upacara resmi peringatan HGN dan HUT ke-80 PGRI, menjadikannya momentum untuk kembali merawat komitmen, memperkuat persatuan, dan menumbuhkan kehormatan bagi para guru.


Lapangan Kantor Bupati Jadi Pusat Harmoni Pendidikan

Upacara prestisius ini dilaksanakan di Lapangan Upacara Kantor Bupati Soppeng, Jl. Salotungo, Watansoppeng. Tempat yang menjadi jantung pemerintahan ini akan berubah menjadi ruang penuh penghormatan—tempat di mana para guru, pejabat, dan masyarakat saling bertemu dalam satu perayaan kebangsaan.

Undangan resmi bernomor 400.3/1696/DISDIKBUD, ditandatangani oleh Plt. Sekda Soppeng Andi Muhammad Surahman, atas nama Bupati Soppeng, menjadi simbol bahwa pemerintah daerah memandang profesi guru sebagai kekuatan utama dalam pembangunan.


Deretan Undangan: Potret Kolaborasi yang Nyata

Momentum pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kolaborasi. Itulah mengapa daftar undangan pada upacara ini panjang, penuh dengan representasi lintas lembaga dan lintas profesi.

Mereka yang hadir antara lain:

  • Staf Ahli Bupati dan para Asisten Setda
  • Kepala Instansi Vertikal serta jajaran SKPD
  • Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah IV Provinsi Sulsel
  • Para Camat se-Kabupaten Soppeng
  • Kepala BUMN/BUMD
  • Bunda PAUD dan Wakil Bunda PAUD Kabupaten Soppeng
  • Pejabat Eselon III dan IV Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
  • Kepala Seksi Kementerian Agama Soppeng
  • Ketua Dewan Pendidikan beserta pengurus
  • Ketua APSI, Forum Penilik, dan organisasi profesi lainnya
  • Kepala sekolah dan guru mulai dari PAUD hingga SMA/SMK/MA serta SLB
  • Para pengurus komunitas guru se-Kabupaten Soppeng

Daftar itu menunjukkan satu hal: pendidikan adalah kerja bersama, bukan hanya tugas satu profesi.


Sejarah Panjang: Dari PGHB hingga PGRI, Dari Asa ke Kemerdekaan

Di balik gemuruh perayaan ini, mengalir sejarah panjang perjuangan para pendidik Indonesia.

Awal Pergerakan: PGHB, 1912

Pada tahun 1912, ketika pendidikan masih dibatasi dan ketimpangan masih terasa, lahirlah Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB). Mereka adalah barisan guru bumiputra yang memperjuangkan harkat dan kesetaraan di tengah sistem kolonial yang diskriminatif.

Kebangkitan Nasional: PGI, 1932

Seiring meningkatnya kesadaran kebangsaan, PGHB bertransformasi menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) pada 1932.
Nama itu adalah simbol tekad: bahwa guru bukan hanya pengajar, tetapi pembangun peradaban dan pendukung perjuangan kemerdekaan.

Puncak Persatuan: Kongres Guru Indonesia 1945

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 1945, semangat itu mencapai puncaknya. Pada 24–25 November 1945, para guru dari seluruh penjuru negeri berkumpul dalam Kongres Guru Indonesia di Surakarta.
Semua organisasi guru sepakat melebur menjadi satu wadah: Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Sejak saat itu, PGRI telah menjadi rumah besar bagi para pendidik—rumah yang memperjuangkan hak, meningkatkan profesionalisme, serta menjaga kehormatan guru di seluruh tanah air.


Guru dan Masa Depan: Mereka yang Tidak Pernah Padam

Dalam setiap upacara Hari Guru, ada pesan yang ingin ditegaskan:
Guru adalah cahaya yang tidak pernah padam.

Mereka hadir di ruang kelas ketika pagi masih dini, tetap mengajar ketika hujan turun, dan tak berhenti membimbing meski malam telah larut.
Mereka memberi lebih dari sekadar ilmu—mereka memberi harapan.

Karena itu, peringatan HGN dan HUT ke-80 PGRI di Kabupaten Soppeng bukan semata ritual tahunan. Ia adalah penghormatan bagi profesi yang paling sunyi, namun paling menentukan masa depan bangsa.


Guru Hebat, Indonesia Maju

Perayaan di Soppeng ini adalah bagian dari sejarah panjang yang masih terus ditulis.
Ketika guru dihargai, bangsa bergerak maju.
Ketika guru diperkuat, pendidikan tak kehilangan arah.

Dan ketika guru dihormati, masa depan tidak akan pernah redup.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *