Keterangan Gambar:
Seorang anggota DPR RI tampak duduk di ruang kerjanya, menanggapi serius aspirasi revitalisasi Jembatan Kleringan yang telah memasuki fase kritis.
Laporan: Ibnu Sultan
Editor : Alimuddin
Jembatan yang Mulai Lelah
JAKARTA – Di tengah kesibukan Jakarta, seorang legislator menerima kabar yang membuat pikirannya sejenak kembali ke kota budaya di selatan. Dari Yogyakarta, sebuah jembatan tua—Kleringan—mengirim isyarat kelelahan. Usianya hampir satu abad, namun kekuatan struktur yang tersisa hanya 10 sampai 20 persen. Seperti seorang perantau yang tak lagi kuat menopang beban, jembatan itu berdiri sambil menunggu perhatian.
Dari ruang kerjanya yang hangat, Danang Wicaksana Sulistya, Kapoksi Komisi V DPR RI Fraksi Gerindra, menanggapi aspirasi yang mendesak datang dari DPRD Kota Yogyakarta.
Aspirasi dari Wakil Rakyat Daerah
Aspirasi itu disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Kota Yogyakarta dari Fraksi Gerindra. Ia datang dengan satu pesan inti: Jembatan Kleringan kini berada pada tahap yang membahayakan masyarakat.
“Kemarin saya menerima aspirasi terkait kebutuhan pembangunan ulang Jembatan Kleringan. Kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan,” ujar Danang, Selasa (25/11/2025).
Jembatan yang selama puluhan tahun menjadi saksi perjalanan aktivitas warga, kini menghadapi detik-detik genting.
Memori yang Mulai Retak
Bagi warga Yogyakarta, Kleringan bukan sekadar jalan lintasan.
Ia adalah bagian dari denyut kehidupan: tempat lalu-lalang pelajar, wisatawan, pekerja harian; jalur yang menghubungkan Kotabaru dengan pusat wisata kota, termasuk Malioboro.
Namun waktu menggerus tanpa suara.
Di balik lapisan besi dan beton itu, struktur jembatan melemah. Setiap bus atau kendaraan berat yang melintas membawa risiko yang semakin nyata.
Respons Cepat dari Pemerintah Pusat
Danang mengapresiasi langkah cepat Kementerian Pekerjaan Umum yang langsung mengirim tim Balai Besar Wilayah Jateng–DIY untuk melakukan survei teknis.
“Saya apresiasi gerak cepat Kementerian PU yang langsung melakukan survei dan berkoordinasi dengan Dinas PU Kota Jogja,” ujarnya.
Ia memastikan aspirasi dari daerah akan dikawal secara intensif, mengingat isu ini menyangkut keselamatan warga dan kelangsungan aktivitas ekonomi sebuah kota pariwisata.
Komitmen Mengawal Pembangunan Ulang
Sebagai Kapoksi Komisi V, Danang menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan percepatan pembangunan ulang jembatan tersebut kepada Kementerian PU.
“Jembatan Kleringan itu sudah tua. Kekuatannya tinggal sedikit, sehingga berbahaya. Kami berharap segera ada langkah nyata dari kementerian,” tegasnya.
Menurutnya, pembangunan ulang bukan hanya persoalan infrastruktur, tetapi bagian dari menjaga ritme kehidupan sebuah kota yang terus bergerak.
Jelang Nataru: Tekanan Semakin Berat
Memasuki masa libur Natal dan Tahun Baru 2025/2026, arus kendaraan menuju Malioboro diperkirakan meningkat tajam.
Melihat kondisi itu, Pemerintah Kota Yogyakarta berencana melarang bus melintasi Jembatan Kleringan demi mencegah risiko kecelakaan.
Keputusan ini menunjukkan betapa gentingnya situasi. Ketika jembatan tak lagi kuat menahan beban, pembatasan menjadi langkah wajib.
Di Persimpangan Usia
Kini Jembatan Kleringan berdiri di persimpangan: antara sejarah dan keselamatan, antara ingatan dan kebutuhan mendesak.
Masyarakat Yogyakarta berharap pemerintah pusat bergerak cepat. Sebab jika jembatan ini benar-benar menyerah pada usianya, bukan hanya mobilitas yang lumpuh—melainkan seluruh denyut aktivitas kota yang selama ini bertumpu padanya.
Revitalisasi Jembatan Kleringan bukan hanya pembangunan ulang fisik, melainkan upaya menjaga sebuah warisan agar tetap berfungsi tanpa mengorbankan keselamatan.


