SOPPENG, SULSEL — Siang itu, suasana Dusun Lejja, Desa Bulue, Kecamatan Lalabata, terasa teduh meski matahari mulai condong ke barat. Di tengah kesederhanaan perkampungan yang dikelilingi pepohonan hijau, tampak sosok berseragam cokelat muda berjalan menyapa warga dengan senyum hangat. Dialah Aiptu Ibrahim, Bhabinkamtibmas Desa Laringgi dan Desa Bulue, yang siang itu kembali menjalankan rutinitasnya: menyambangi warga dan menebar pesan kamtibmas.
“Bagaimana kabarnya, bapak-ibu? Aman-aman saja di kampung?” sapanya ringan, membuka perbincangan penuh keakraban di teras rumah warga.
Kunjungan yang berlangsung pada Jumat siang, 7 November 2025, sekitar pukul 12.30 WITA itu bukan sekadar patroli biasa. Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi jembatan silaturahmi antara Polri dan masyarakat, tempat cerita-cerita sederhana bertukar dengan pesan kebersamaan.
Dalam setiap sapaan, Aiptu Ibrahim menyelipkan imbauan agar warga senantiasa menjaga kerukunan antar tetangga, meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gangguan keamanan, dan turut berperan aktif dalam menjaga lingkungan tetap aman dan kondusif.
“Kalau ada hal-hal mencurigakan atau masalah kecil di kampung, jangan sungkan sampaikan kepada kami. Kita selesaikan bersama dengan cara yang baik,” ujarnya penuh empati.
Kegiatan sambang seperti ini, menurutnya, menjadi wujud nyata dari tugas fungsi Bimbingan Masyarakat (Binmas). Tak sekadar menjaga keamanan, tapi juga menumbuhkan rasa saling percaya antara polisi dan masyarakat.
Kapolres Soppeng, AKBP Aditya Pradana, S.I.K., M.I.K., turut mengapresiasi langkah-langkah humanis para Bhabinkamtibmas di wilayahnya.
“Kegiatan sambang sangat penting sebagai bentuk kehadiran Polri di tengah masyarakat. Melalui komunikasi yang baik dan silaturahmi yang berkelanjutan, diharapkan masyarakat semakin peduli dan berpartisipasi aktif dalam menjaga keamanan lingkungan,” ujarnya.
Di tengah tantangan sosial yang terus berkembang, langkah sederhana seperti menyapa dan mendengar keluh kesah warga justru menjadi cara paling efektif menjaga harmoni. Dari obrolan santai di beranda rumah hingga tawa kecil di antara warga, rasa aman itu pun tumbuh—bukan karena patroli bersenjata, melainkan karena kehadiran yang tulus dan bersahabat.
Dan di Lejja, sore itu, silaturahmi kembali menjadi benang halus yang menyulam kedamaian di tengah kehidupan desa. (*/Chemmank Farrel)





