Di Jalan Pagi Marioriawa: Ketika Devile Pelajar Menghidupkan Denyut SPECTA Competition IV 2025

PENDIDIKAN211 Dilihat

Keterangan Gambar:


Petugas kepolisian mengatur arus lalu lintas saat barisan peserta devile dari sebuah madrasah berjalan melintas di jalan poros Kecamatan Marioriawa, Soppeng, pada kegiatan pembukaan Specta Competition. Para pelajar tampak kompak dan antusias mengikuti rangkaian acara, sementara aparat menjaga situasi tetap aman dan tertib.


Laporan : Idris

Editor : Alimuddin


SOPPENG, SULSEL – Pagi di Marioriawa belum sepenuhnya bising ketika ratusan pelajar SMAN 6 Soppeng mulai berbaris rapi di depan Gedung Pertemuan Masyarakat. Udara masih lembap, matahari baru saja muncul di balik atap rumah-rumah penduduk, namun semangat anak-anak berseragam olahraga itu sudah lebih dulu menghangatkan jalanan.

Di antara denting drum band dan teriakan arahan dari pembina, wajah-wajah muda itu menahan antusiasme—seolah tahu bahwa pagi ini bukan sekadar pawai pembuka, melainkan tanda dimulainya sebuah ritual tahunan: SPECTA Competition IV 2025, ajang yang memadukan olahraga, seni, ilmu, dan nilai keagamaan dalam satu rangkaian kompetisi pelajar.


Barisan yang Menyentuh Jalan dan Waktu

Tepat pukul 07.30 Wita, Kepala UPT SMAN 6 Soppeng, Syahruddin, S.Pd., M.Pd., berdiri di depan barisan, kemudian melambaikan tangan—aba-aba resmi dimulainya devile.

Dengan langkah kompak, sekitar 300 pelajar mulai bergerak, melewati rumah-rumah warga, lapak-lapak kecil, hingga simpang Tugu Dua Anak Cukup. Suara drum dari regu drumband memantul di tembok-tembok ruko, menyulut energi tersendiri di sepanjang jalur pawai.

Para guru dan staf sekolah ikut berada dalam rombongan, mengawasi sekaligus menikmati riuh rendah semangat murid-muridnya. Untuk mereka, devile ini bukan sekadar upacara pembukaan, tetapi perayaan kecil tentang kebersamaan sebuah sekolah di pelosok Soppeng yang terus ingin bertumbuh.


SPECTA: Ruang Belajar yang Tak Selalu di Dalam Kelas

Di balik kemeriahannya, SPECTA Competition merupakan program kerja OSIS yang sudah menjadi tradisi pembentukan karakter di SMAN 6 Soppeng. Tahun ini, tema besar mereka berbunyi:
“Olahraga Menguatkan, Seni Menginspirasi, Iman Menuntut, dan Ilmu Mencerahkan.”

Di atas kertas, tema itu tampak formal. Namun di lapangan—di antara langkah-langkah pelajar yang berbaris, dalam sorak-sorai penonton, dalam tatapan bangga guru—tema itu menjelma menjadi nyata.

SPECTA menjadi ruang di mana pelajar belajar hal-hal yang tak selalu diajarkan di kelas: sportif saat menang, lapang saat kalah, kreatif saat bersaing, dan tetap santun ketika ribuan mata menatap mereka.


Polisi, Pengamanan, dan Kepedulian

Di sisi jalan, beberapa personel Polsek Marioriawa berdiri mengatur arus lalu lintas. Mereka menjaga agar pawai tetap aman, memastikan kendaraan melambat, dan sesekali memberi isyarat pada warga yang penasaran ingin menyeberang.

Bagi mereka, tugas pagi itu bukan sekadar pengamanan kegiatan, tetapi wujud dukungan pada aktivitas anak sekolah yang jarang mendapat perhatian luas.

Dari Kapolres Soppeng, pesan khusus pun disampaikan:
“Kami mengapresiasi kegiatan positif seperti ini karena dapat membentuk karakter dan kreativitas generasi muda. Jaga ketertiban, hormati aturan lalu lintas, dan junjung sportivitas. Jadikan ajang ini ruang untuk berprestasi dan mempererat silaturahmi.”

Pesan itu mengalir di sela-sela barisan pelajar, menjadi pengingat bahwa kompetisi bukan hanya soal menang, tetapi tentang menjadi manusia yang baik.


Pulang yang Tidak Benar-Benar Usai

Setelah memutari Kantor Kecamatan Marioriawa dan kembali ke titik awal, para peserta disambut tepuk tangan guru dan warga yang menonton. Rute berakhir, tetapi semangat belum. Di wajah pelajar tampak kelelahan, namun diselipkan senyum—sebuah tanda bahwa mereka baru memasuki hari-hari panjang kompetisi.

SPECTA Competition IV 2025 resmi dimulai. Ada lapangan yang menunggu ditaklukkan, panggung yang menantikan penampil, karya seni yang segera digantungkan, dan lembar-lembar soal yang menuntut kejernihan pikiran.

Namun pagi itu, devile sederhana telah lebih dulu memberi pelajaran: bahwa perjalanan yang dilakukan bersama—sependek apa pun rutenya—selalu menyimpan cerita dan ikatan yang tak mudah hilang. (Sumber: Humas Polres Soppeng)