Di Balik Seragam dan Administrasi: Pagi Ketika Pajak Menyapa Polisi di Aula Sandi

WAJO43 Dilihat

Keterangan Gambar:

Pabung Kapolres Wajo AKBP Muhammad Rosid Ridho, S.I.K., berdialog bersama pemateri dari Direktorat Jenderal Pajak dalam sesi edukasi Pojok Pajak Koretax di Aula Sandi Mapolres Wajo.


“Di Balik Seragam dan Administrasi: Pagi Ketika Pajak Menyapa Polisi di Aula Sandi”
— Sebuah catatan panjang tentang edukasi, kesadaran, dan perjalanan kecil menuju tertib administrasi.


Reporter: Sabri

Editor: Alimuddin


Saat Matahari Menyapa Aula Sandi

WAJO, SULSEL – Pagi merekah perlahan di Kota Sengkang. Langit tampak jernih, seolah ikut merestui langkah puluhan anggota kepolisian yang memasuki Aula Sandi Mapolres Wajo. Di balik keseharian mereka—patroli malam, tugas pengamanan, rentetan laporan dan penindakan—hari itu hadir sebuah jeda yang tak biasa. Sebuah ruang belajar yang tak berbau kasus, tak berbicara tentang kejahatan, tetapi tentang administrasi. Tentang pajak. Tentang Koretax.

Di panggung depan, spanduk berwarna cerah tergantung. Seolah ingin berkata bahwa pajak tidak harus terasa tegang dan rumit. Pagi itu bukan soal menjalankan perintah, melainkan memahami kewajiban yang sering dianggap sepele. Dan justru di situlah, nilai sebuah kegiatan ini menemukan maknanya.


Ketika Aula Menjadi Ruang Belajar

Deretan kursi perlahan terisi, sebagian besar dihuni seragam cokelat yang dalam kesehariannya memikul tanggung jawab menjaga keamanan warga. Namun pagi itu mereka duduk sebagai peserta, bukan instruktur. Sebagai warga negara, bukan pejabat penegak hukum.

Pabung Kapolres Wajo, AKBP Muhammad Rosid Ridho, S.I.K., membuka kegiatan dengan suara yang tenang namun tegas.

“Kita ini aparat negara, dan sebelum itu, kita adalah warga negara,” ucapnya. “Tertib administrasi, termasuk pajak, adalah cermin profesionalisme kita. Hari ini kita belajar bersama agar tidak ada lagi yang merasa kebingungan menghadapi teknologi pajak yang terus berkembang.”

Kata-kata itu mengalir seperti pengingat yang sederhana tetapi menancap kuat. Bahwa tugas negara bukan cuma menjaga masyarakat, tetapi juga menata diri sendiri.

Bersamanya hadir para Pejabat Utama, Kapolsek jajaran, serta perwakilan personel Polres dan Polsek. Kehadiran mereka memunculkan suasana hangat, seakan ruang ini adalah tempat di mana tak ada jarak antara senior dan junior, antara pimpinan dan anggota.


Koretax, Teknologi, dan Pertanyaan yang Tak Lagi Diabaikan

Ketika perwakilan Direktorat Jenderal Pajak mulai berbicara, seluruh mata tertuju ke depan. Sebagian mencatat. Sebagian lagi mencermati layar gawai mereka, membuka aplikasi yang selama ini mungkin hanya terdengar namanya tanpa benar-benar dipahami.

“Ini pertama kalinya saya benar-benar mengerti fungsi Koretax,” ujar salah satu personel, sambil tersenyum kecil kepada rekan di sebelahnya.

Seorang petugas pajak, Ahmad Fadli, yang menjadi narasumber pagi itu, memberikan penjelasan rinci.

“Koretax bukan sekadar akun,” jelasnya. “Ia adalah pintu. Pintu menuju layanan pajak yang lebih cepat, lebih aman, dan lebih mudah. Kami ingin memastikan Bapak dan Ibu tidak hanya sekadar mengaktifkan, tetapi mengerti.”

Kata-kata itu menegaskan bahwa pajak bukan sekadar kewajiban, tetapi bagian dari literasi digital yang harus dimiliki setiap aparat.


Sebuah Proses yang Humanis dan Tidak Menggurui

Tak ada suasana menggurui di aula itu. Yang ada justru pemandangan seperti kelas belajar dewasa: tanya jawab, diskusi ringan, sesekali gelak kecil ketika ada yang mengaku lupa password atau bingung menekan fitur tertentu.

Kasi Humas Polres Wajo, IPTU Kaomi, S.H., menambahkan makna kegiatan ini dengan nada empatik.

“Kita ini sering berhadapan dengan masyarakat, membantu mereka mengurus administrasi. Ironis kalau kita sendiri tidak memahami administrasi kita. Dengan kegiatan ini, semoga semuanya lebih tertib dan tidak lagi menunda,” tuturnya.

Di barisan belakang, beberapa personel terlihat semakin lancar menggunakan aplikasi. Ada yang meminta petugas pajak untuk mengecek status akun mereka, ada yang mencatat hal-hal penting untuk disampaikan kepada anggota lain di Polsek masing-masing.


Ketertiban Administrasi sebagai Bagian dari Integritas Aparat

Dalam ruang dan waktu yang singkat itu, tercipta pemahaman baru: bahwa administrasi bukan beban kecil yang bisa ditunda, tetapi fondasi moral bagi profesi apa pun—termasuk penegak hukum.

Pupuk tertib pajak yang ditanam pagi itu bukan hanya soal aplikasi. Ia tentang kesadaran. Tentang integritas. Tentang tanggung jawab yang dimulai dari hal paling dasar.

“Kalau kita tertib pajak,” ujar salah satu Kapolsek seusai kegiatan,

“maka kita memberi teladan. Dan teladan itu jauh lebih kuat daripada ribuan imbauan.”

Ungkapan itu seperti penutup yang indah, merangkum seluruh semangat pagi tersebut.


Menutup Acara, Membuka Kesadaran Baru

Saat jarum jam mendekati siang, kegiatan perlahan berakhir. Namun para personel tidak buru-buru meninggalkan ruangan. Beberapa tetap bertahan, memastikan status Koretax mereka benar-benar aktif. Ada yang memeriksa kembali menu pelaporan. Ada yang kembali menghampiri narasumber untuk bertanya hal teknis.

Di luar aula, angin menyapa lembut. Jalanan Sengkang kembali dalam ritmenya. Namun bagi para personel yang melangkah keluar dari Aula Sandi, ada sesuatu yang turut mereka bawa pulang: pemahaman berharga, sederhana namun bermakna.

Bahwa dalam seragam dan tugas besar menjaga keamanan, ada administrasi kecil yang tidak boleh dilupakan. Bahwa menjadi teladan dimulai dari melunasi kewajiban pribadi. Dan bahwa pajak, pada akhirnya, bukan sekadar angka—melainkan kontribusi pada negara yang mereka bela.


Pajak yang Menjadi Cerita

Hari itu, Pojok Pajak bukan sekadar acara. Ia adalah cerita. Cerita tentang edukasi yang mengalir pelan. Tentang kesadaran yang tumbuh lembut. Tentang aparat yang belajar menata kewajiban, sama rapi dengan mereka menjaga keamanan.

Dan seperti semua hal baik, ia dimulai dari satu pagi yang sederhana. (Sumber: Humas Polres Wajo)