Ketika Malam Libur Harus Dijaga Siang Hari

POLRI174 Dilihat

Keterangan Foto :

Suasana Latihan Pra Operasi (Latpra Ops) Operasi Lilin 2025 di Ruang Wira Pratama Polres Wajo, Senin (15/12). Para pejabat utama dan personel mengikuti pengarahan sebagai bagian dari persiapan pengamanan Natal dan Tahun Baru.


Laporan : Sabri

Editor : Alimuddin


WAJO — Setiap akhir tahun selalu membawa paradoks yang sama. Di satu sisi, masyarakat merayakan libur panjang, menunggu malam pergantian tahun dengan harapan dan kegembiraan. Di sisi lain, aparat keamanan justru memasuki masa kerja paling padat, ketika kewaspadaan tidak boleh berkurang sedikit pun.

Paradoks itu terasa di Ruang Wira Pratama Polres Wajo, Senin pagi (15/12). Di ruang tertutup itu, sebelum jalanan benar-benar dipenuhi kendaraan dan rumah ibadah dipadati jemaat, polisi berkumpul untuk satu agenda penting: Latihan Pra Operasi Operasi Lilin 2025.


Operasi yang Selalu Datang, Kerawanan yang Selalu Berubah

Operasi Lilin bukan hal baru dalam kalender kepolisian. Ia hadir rutin, menandai peralihan tahun dan perayaan keagamaan. Namun, setiap pelaksanaannya selalu membawa tantangan yang berbeda.

Mobilitas masyarakat meningkat drastis. Ruang publik menjadi padat. Emosi kolektif bergerak dari khidmat ke euforia. Dalam kondisi seperti itu, gangguan keamanan bisa muncul dari hal-hal yang tampak sepele, tetapi berujung serius bila luput diantisipasi.

Wakapolres Wajo, Kompol H. Andi Syamsulifu, yang memimpin latihan pra operasi ini, mengingatkan bahwa kesiapan aparat tidak cukup hanya dengan kehadiran fisik di lapangan. Kesiapan mental, ketepatan membaca situasi, dan kelengkapan sarana pendukung menjadi penentu.


Membaca Sunyi, Mengantisipasi Riuh

Salah satu penekanan penting dalam Latpra Ops adalah pentingnya deteksi dini. Di ruang rapat itu, dibahas bagaimana potensi gangguan harus dibaca sebelum berubah menjadi peristiwa.

Sat Intelkam diminta aktif memantau dinamika wilayah, termasuk keberadaan mantan narapidana terorisme. Penekanan ini menunjukkan bahwa pengamanan modern tidak lagi menunggu kejadian, tetapi berusaha mencegah sejak hulu.

Selain itu, titik-titik keramaian—rumah ibadah, lokasi perayaan Natal dan Tahun Baru, pusat aktivitas masyarakat, hingga jalur transportasi—menjadi fokus utama pengamanan. Di sanalah keramaian dan kerentanan sering kali beririsan.


Koordinasi sebagai Bentuk Disiplin

Latihan pra operasi juga berfungsi sebagai ruang menyatukan persepsi. Dalam operasi berskala besar seperti Operasi Lilin, masalah kerap muncul bukan karena kekurangan personel, melainkan karena miskomunikasi dan tumpang tindih peran.

Karena itu, latihan ini menekankan kejelasan komando, alur koordinasi, serta kesiapan sarana dan prasarana. Setiap satuan diingatkan bahwa disiplin bukan hanya soal baris-berbaris, tetapi tentang ketepatan bertindak di tengah situasi yang bergerak cepat.


Keamanan sebagai Layanan Publik

Dalam kerangka yang lebih luas, Operasi Lilin adalah wajah pelayanan negara kepada warganya. Keamanan tidak berdiri sendiri, melainkan menjadi prasyarat agar masyarakat dapat beribadah, bepergian, dan merayakan pergantian tahun tanpa rasa cemas.

Keberhasilan operasi ini sering kali tak terlihat. Ia diukur dari ketiadaan insiden, dari malam yang berlalu tanpa sirene, dari keramaian yang pulang dengan selamat. Justru karena itulah, persiapan menjadi krusial.


Menjaga yang Tak Selalu Terlihat

Latpra Ops Operasi Lilin 2025 di Polres Wajo mungkin tak akan menjadi peristiwa besar dalam ingatan publik. Namun dari ruang rapat itulah, fondasi keamanan akhir tahun disusun.

Ketika masyarakat menikmati malam libur, aparat dituntut menjaga ketenangan—bahkan sebelum kegaduhan itu hadir. Sebab dalam urusan keamanan, yang paling penting sering kali bukan apa yang terjadi, melainkan apa yang berhasil dicegah. (Sumber rilis : Humas Polres Wajo)