Di Balik Riuh Pasar Takalala: Ketika Polisi Menjaga Denyut Peradaban, Menenun Keamanan, dan Menopang Stabilitas Hidup Warga

KAMTIBMAS119 Dilihat

Keterangan Gambar:

Personel Polsek Marioriwawo bersama petugas Dishub melakukan patroli dan pengamanan di Pasar Sentral Takalala, mengatur arus lalu lintas, memberikan imbauan humanis, dan memantau ketersediaan bahan pokok demi menjaga kenyamanan dan stabilitas pasar.



Embun Pagi Menyingkap Wajah Pasar

SOPPENG, SULSEL — Pada pagi yang lembut di Pasar Sentral Takalala, embun masih bertahan di ujung daun ketika satu per satu pedagang mulai membuka tenda dagang mereka. Suara gesekan pintu kios, aroma kopi dari warung kecil di sudut pasar, hingga langkah-langkah pembeli yang datang untuk memenuhi kebutuhan harian—semuanya berpadu membentuk simfoni kehidupan yang telah berlangsung sejak puluhan tahun lalu.

Di antara kehidupan itu, hadir sosok-sosok berseragam. Mereka tak membawa hiruk-pikuk, tak pula menambah kegaduhan. Mereka datang sebagai penjaga ritme, memastikan setiap denyut ekonomi rakyat mengalir tanpa hambatan. Pada Selasa, 25 November 2025, personel Polsek Marioriwawo kembali menjalankan tugas pengamanan (PAM) di pasar yang menjadi pusat kehidupan warga ini.


Jejak Petugas: Menenun Keteraturan Sejak Matahari Belum Tinggi

Sebelum terik menguasai langit Soppeng, para petugas telah menyebar ke sudut-sudut pasar. Mereka berdiri di titik-titik rawan kemacetan, mengatur arus kendaraan yang silih berganti datang dan pergi.

Tugas itu kelihatannya sederhana, namun sejatinya menjadi tali pengikat kelancaran roda ekonomi.
Tanpa pengaturan yang tepat, pasar akan tersumbat; kegaduhan bisa muncul; aktivitas pedagang dan pembeli terhambat.


Sentuhan Humanis di Tengah Keramaian

Bukan hanya mengatur lalu lintas, petugas juga menyapa masyarakat dengan imbauan penuh empati. Mereka mengingatkan pedagang untuk menjaga kebersihan, seolah memelihara ruang yang menjadi rumah ekonomi bagi ribuan warga.

Dengan tutur lembut, mereka menyampaikan pesan kewaspadaan terhadap pencurian. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi untuk menumbuhkan kesadaran bersama bahwa keamanan adalah milik semua pihak.


Menepis Ancaman Uang Palsu: Mendidik Demi Kejujuran Transaksi

Pasar tradisional adalah ruang yang dinamis—transaksi berlangsung cepat, uang berpindah tangan dalam hitungan detik. Di antara dinamika itu, ancaman uang palsu selalu berpotensi menyusup.

Petugas pun memberikan edukasi singkat kepada para pedagang. Mereka menjelaskan cara sederhana mengenali perbedaan uang asli dan palsu, memberikan contoh, hingga menegaskan pentingnya ketelitian.
Satu lembar uang palsu yang lolos bisa memukul ekonomi keluarga kecil—dan mereka ada di sana untuk mencegah luka itu.


Mengawal Bahan Pokok: Menjaga Stabilitas dari Hasil Panen hingga Meja Makan

Di bagian pasar yang lebih dalam, petugas lain bergerak mengecek harga dan ketersediaan bahan pokok.
Mereka berbincang dengan pedagang sayur, memeriksa stok beras, melihat harga cabai, bawang merah, hingga minyak goreng.

Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya angkanya kebutuhan dapur.
Namun bagi petugas, itu adalah barometer stabilitas sebuah daerah:

  • Bila harga stabil, masyarakat tenang.
  • Bila stok aman, ekonomi berjalan.
  • Bila tidak ada kelangkaan, kehidupan sosial tetap damai.

Pengawasan itu tak hanya teknis—itu adalah bentuk kepedulian institusi kepada denyut hidup masyarakat.


Subjudul Tambahan: Sisi Lain dari Pasar yang Dijaga

1. Dialog Pendek yang Menguatkan Keakraban

Beberapa pedagang tersenyum saat disapa petugas.
“Bagaimana kondisi hari ini, Bu?”
“Alhamdulillah, Pak, ramai pembeli.”
Percakapan singkat seperti itu menyatukan aparat dan warga—menjadikan pengamanan bukan sekadar tugas, tetapi hubungan sosial.

2. Anak-anak yang Menitipkan Mimpi

Di lorong pasar, anak-anak tampak membantu orang tua mereka menata dagangan. Mereka menyaksikan bagaimana aparat bekerja, bagaimana masyarakat saling menghormati. Pasar bukan hanya tempat mencari rezeki, tetapi ruang belajar kehidupan bagi generasi berikutnya.

3. Ruang Ekonomi yang Tak Pernah Tidur

Meski matahari beranjak naik, pasar tetap hidup. Aktivitas tak pernah benar-benar berhenti. Kegiatan PAM membiarkan roda ekonomi itu berputar tanpa hambatan, seperti mesin besar yang terus bergerak menjaga keseimbangan daerah.


Apresiasi dari Kapolres: Sebuah Penegasan untuk Pelayanan Publik yang Berkelanjutan

Kapolres Soppeng, AKBP Aditya Pradana, S.I.K., M.I.K., mengapresiasi seluruh personel yang bertugas menjaga pasar.

“Pengamanan pasar adalah bagian penting dari upaya kita menjaga stabilitas Kamtibmas serta memastikan masyarakat dapat beraktivitas dengan rasa aman. Saya mengapresiasi anggota yang telah melaksanakan tugas dengan humanis dan responsif. Polres Soppeng akan terus hadir memberikan pelayanan, termasuk memastikan stabilitas bahan pokok masyarakat tetap terjaga,” ungkap Kapolres.

Pernyataan itu menggambarkan komitmen kepolisian: hadir bukan hanya saat ada masalah, tetapi ketika masyarakat butuh pendampingan dalam aktivitas sehari-hari.


Harmoni Pasar yang Menjadi Milik Bersama

Siang menjelang, dan aktivitas di Pasar Takalala semakin menghangat. Namun satu hal tidak berubah: rasa aman dan nyaman yang terus terjaga.

Kegiatan PAM ini bukan hanya rutinitas kepolisian—ia adalah upaya menenun harmoni sosial. Ketika pasar tertib, ketika pedagang tersenyum, ketika masyarakat bertransaksi dengan tenang, saat itulah tugas aparat menemukan makna terdalamnya.

Pasar Takalala bukan sekadar pusat jual beli.
Ia adalah denyut peradaban, ruang perjumpaan, dan napas kehidupan warga Marioriwawo.
Dan di balik setiap langkah aman di pasar ini, ada petugas kepolisian yang menjaga—diam-diam, tenang, tapi selalu siap. (*/Syukur)