Keterangan Gambar:
Bhabinkamtibmas Desa Gattareng duduk bersama warga di sebuah tenda sederhana, mempererat silaturahmi sambil menyampaikan imbauan keamanan dan kesiapsiagaan menghadapi musim hujan di Dusun Abbarange.
Laporan: Syukur
Ketika Langit Perlahan Menggelapkan Cerita
SOPPENG, SULSEL – Di Abbarange, pagi hari tidak pernah benar-benar sunyi. Angin gunung turun dari pucuk pepohonan, membawa kabut tipis dan aroma tanah basah yang menggugah ingatan orang-orang akan musim hujan yang segera tiba. Di tengah lanskap yang damai namun rentan ini, langkah seorang petugas berseragam kembali hadir—bukan sekadar menjalankan tugas, tetapi memelihara rasa aman yang menjadi nafas kehidupan sebuah dusun di lereng pegunungan.
Pada Senin, 24 November 2025, Bhabinkamtibmas Desa Gattareng dan Gattareng Toa, Aiptu Sapruddin, memulai sambang di Dusun Abbarange. Hari itu, seperti hari-hari keberangkatannya sebelumnya, ia membawa pesan: kesiapsiagaan menghadapi cuaca yang mulai berubah, kesadaran untuk menjaga kampung dari ancaman yang sering datang tak disangka-sangka.
Jalan-Jalan Sunyi Menuju Rumah Warga
Ditemani Kepala Dusun, Aiptu Sapruddin berjalan menyusuri jalan setapak—sebagian berbatu, sebagian tanah lembut yang sudah mulai menyimpan lembap. Rumah-rumah kayu berdiri berderet, masing-masing dengan cerita yang tumbuh bersama penghuninya.
Kehadirannya selalu disambut hangat:
- Ada keluarga yang membuka pintu dengan senyum lebar.
- Ada ibu-ibu yang menyiapkan teh manis dalam cangkir bermotif bunga.
- Ada bapak-bapak yang duduk santai di bawah tenda acara, membicarakan cuaca dan panen yang mereka harapkan.
Percakapan-percakapan itulah yang membuat sambang menjadi lebih dari sekadar rutinitas. Ada kedekatan yang tumbuh, pelan namun pasti, seperti akar pohon yang memperkuat tanah lereng yang dihuni penduduk.
Abbarange: Cantik di Permukaan, Rapuh di Dasarnya
Bagi orang luar, Abbarange adalah hamparan hijau yang memesona. Namun bagi warganya, kecantikan itu harus dijaga dari ancaman tanah longsor yang selalu mengintai ketika hujan turun terlalu deras.
Aiptu Sapruddin memahami benar karakter itu. Karena itu, ia menuturkan imbauan dengan cara yang merangkul:
- “Amati retakan kecil di tanah.”
- “Jangan tebang sembarang pohon; akar mereka yang menahan tanah kita.”
- “Jika ada tanda bahaya, jangan diam—langsung laporkan.”
Ia tidak berbicara seperti komandan, tetapi seperti keluarga. Kata-katanya mengalir, sederhana namun mengikat perhatian, seakan mengajak warga bersama-sama menjaga kampung dari bahaya alam.
Di Bawah Tenda: Ruang Kecil untuk Cerita Besar
Dalam foto yang terekam hari itu, terlihat sebuah tenda sederhana. Meja plastik berisi kue tradisional, cangkir-cangkir kopi, dan obrolan hangat menjadi latar kegiatan sambang. Di situlah Aiptu Sapruddin berkumpul bersama beberapa warga, duduk santai, mendengarkan dan memberi saran.
Bukan tempat megah, bukan pula ruangan berpendingin. Namun justru di ruang kecil itulah hubungan antara polisi dan masyarakat dibangun—bukan dengan pidato, tetapi dengan kehadiran.
Suara tawa sesekali muncul, bercampur dengan nada serius ketika isu longsor dan keamanan lingkungan dibahas. Suasana itu mencerminkan esensi dari pengabdian seorang Bhabinkamtibmas: hadir, dekat, dan menjadi bagian dari denyut kehidupan desa.
Musim Hujan dan Narasi Kesiapsiagaan
Musim hujan selalu datang membawa dua hal: kesejukan dan kekhawatiran. Karena itu, sambang seperti ini menjadi pintu dialog antara warga dan aparat. Masyarakat Dusun Abbarange diajak memandang hujan bukan hanya sebagai berkah, tetapi juga sebagai panggilan kewaspadaan.
Dengan tutur yang lembut tetapi tegas, Aiptu Sapruddin berkata kepada warga:
“Hujan tidak bisa kita hentikan, tetapi kesiapsiagaan bisa kita siapkan sejak dini.”
Kalimat sederhana itu disambut anggukan warga yang tahu betul betapa rapuh tanah di sela rumah mereka saat diguyur hujan deras.
Pujian dari Pimpinan: Upaya Preventif yang Terus Dijalankan
Kapolres Soppeng, AKBP Aditya Pradana, S.I.K., M.I.K., memberikan apresiasi atas kegiatan sambang yang terus dilakukan jajaran Bhabinkamtibmas.
“Kegiatan seperti ini sangat penting untuk menjaga kesiapsiagaan masyarakat. Kami berharap warga selalu menjaga komunikasi dengan kepolisian, apalagi ketika musim hujan mulai mendatangkan potensi bencana,” ujarnya.
Polres Soppeng menegaskan bahwa kehadiran polisi bukan hanya dalam bentuk patroli, tetapi juga dalam menjaga hubungan emosional dengan masyarakat, memastikan tidak ada warga yang merasa sendirian menghadapi ancaman cuaca ekstrem.
Pengabdian yang Mengalir Bersama Derasnya Hujan
Langit Abbarange semakin kelabu ketika sambang menjelang selesai. Namun, justru di balik mendung itu, tumbuh harapan bahwa masyarakat telah lebih siap, lebih waspada, dan lebih terhubung satu sama lain.
Aiptu Sapruddin melanjutkan perjalanannya menuju rumah berikutnya, tetap dengan langkah yang tenang. Sebab ia tahu, di kampung yang ia jaga ini, pengabdian tidak pernah berakhir. Ia hadir bukan sekadar sebagai petugas, tetapi sebagai penjaga kisah, penjaga keselamatan, dan penjaga harapan masyarakat. (Sumber: Humas Polres Soppeng)
