Menjaga Waktu

KAMTIBMAS142 Dilihat

Keterangan Gambar:


Pos Pengamanan Cabenge, Soppeng. Negara hadir dalam bentuk paling sederhana: ruang sementara, seragam berjaga, dan waktu yang diawasi menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.


Penulis : Alimuddin


Negara selalu datang menjelang akhir tahun.
Bukan dengan pidato.
Bukan dengan janji.

Ia datang dengan pos.

Di Cabenge, sebuah bangunan sementara dibuka. Lampu dinyalakan. Seragam-seragam berdiri. Negara menunggu waktu bergerak.

Natal akan tiba.
Tahun akan berganti.
Dan jalan-jalan tak pernah benar-benar netral.


Ruang publik selalu paling rapuh ketika orang ingin pulang.
Atau ingin merayakan.

Mobilitas meningkat. Emosi ikut bergerak. Risiko naik perlahan—tanpa suara.

Di titik inilah negara merasa perlu hadir.


Operasi Lilin 2025 diaktifkan.
Seperti setiap tahun.
Seperti sebuah ritual administratif.

Namun tak ada yang sepenuhnya rutin ketika menyangkut keselamatan.


Pos Pengamanan Cabenge bukan monumen.
Ia tidak dirancang untuk dikenang.
Ia hanya dirancang untuk berjaga.

Di sana, polisi, tentara, petugas lalu lintas, aparat ketertiban, dan tenaga kesehatan berdiri dalam satu garis fungsi. Identitas dilebur. Yang tersisa hanyalah tugas.

Menjaga jalan.
Menjaga ibadah.
Menjaga agar perayaan tidak berubah menjadi peristiwa.


Negara bekerja dengan asumsi sederhana:
bahwa kecelakaan bisa dicegah,
bahwa gangguan bisa diantisipasi,
bahwa ketertiban bukan kebetulan.

Karena itu waktu diawasi.
Dari 20 Desember hingga 2 Januari.
Bukan untuk merayakan pergantian tahun, melainkan untuk mengawalnya.


Di pos itu tak ada sorak.
Tak ada heroisme.

Yang ada hanya disiplin yang berulang:
mengatur, memantau, mencatat.

Keamanan memang jarang lahir dari tindakan besar.
Ia lahir dari kehadiran yang tak pergi.


Kepada warga, negara hanya meminta satu hal:
patuh, waspada, dan berbagi tanggung jawab.

Sebab ruang publik tak pernah sepenuhnya bisa dijaga dari satu sisi.


Di Cabenge, negara tidak sedang menunjukkan kuasa.
Ia hanya memastikan waktu berganti tanpa kegaduhan.